Awalan

Kisah Mualaf, Mahasiswi Kendari Ini Sempat Ditolak Imam Masjid Saat Ingin Masuk Islam


 Meiske Chonstansyah alias Aisyah, mahasiswi Asal Kendari yang pilih jadi mualaf. Foto: Ist.

KENDARI, TELISIK.ID - Tak sedikit orang non Muslim tertarik dengan ajaran Islam, yang pada akhirnya memutuskan memeluk agama Islam dan menjadi mualaf.

Selain belajar tentang Islam, seorang mualaf juga belajar tata cara beribadah seperti salat, mengaji, dan ibadah lainnya.

Namun, sebagian dari mereka memiliki kesulitan dalam mengungkapkan keputusannya kepada orang terdekat, yakni orang tua. Sehingga ini menjadi kendala dalam beribadah, termasuk tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat sebagai syarat masuknya seseorang ke Islam.

Memang sulit mengatakan kepada orang-orang, terutama orang tua saat memutuskan memeluk agama Islam. Sebab, reaksi mereka kemungkinan akan buruk dan dikelilingi oleh ketakutan serta informasi yang salah tentang Islam.

Meski begitu, sangat penting memberitahu mereka. Terlebih jika tinggal bersama karena orang tua merupakan pelengkap hidup.

Seperti yang dialami Meiske Chonstansyah, gadis asal Kabupaten Muna. Ia memeluk agama Islam dengan penuh perjuangan bahkan tanpa sepengatahuan kedua orangnya, namun pada akhirnya resmi menjadi mualaf.

Meiske Chostansyah menceritakan perjuangannya untuk bisa mengucapkan dua kali masyahadat. Dimana, saat itu ia sempat ditolak oleh Imam mesjid tempat ia mau masuk Islam.

Imam mesjid tersebut tidak berani mengislamkan dirinya tanpa se izin orang tuanya.

“Pak Imamnya takut, karena orang tuaku tidak tau kalau saya mau masuk Islam,” katanya kepada Telisik.id, Senin (28/6/2021).

Namun berkat bantuan dari teman-teman terdekat, yang membantunya untuk mencarikan Ustaz yang bisa menuntutnya mengucapkan dua kali masyahadat hingga akhirnya Meiske resmi memeluk agama Islam.

“Alhamdulillah berkat bantuan teman-temanku, dan yang menjadi wali saat saya mengucapkan dua kalimat syahadat itu mamanya temanku,” ujarnya.

Selain mengucapkan dua kalimat syahadat, Meiske juga diislamkan cara adat, adat kebiasaan orang Muna ketika ada seseorang yang hendak memeluk agama Islam.

“Saya itu diislamkan menggunakan dua prosesi, mengucapkan dua kalimat syahadat dan sesuai adat Muna, bahkan saya juga dikitan,” jelasnya.

Meiski Chostansyah yang merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara ini, kini sudah mantap memeluk agama Islam. Sebelumnya ia beragama Kristen, kini ia merasa senang dan nyaman menjadi mualaf.

“Alhamdulillah, sekarang ini saya juga menganti namaku, menjadi Aisyah,” ucapnya.

Lebih lanjut, mahasiswi tingkat akhir Fakultas Hukum di salah satu kampus di Sultra ini mengaku, sejak kecil dirinya tumbuh di lingkungan yang beragam. Selain itu, sifatnya yang selalu ingin tahu, juga membuatnya tertarik mempelajari agama Islam.

“Saya ini hidup di tengah-tengah beberapa kultur, dan itu kultur yang liberating sebenarnya,” ujarnya.

Tumbuh di tengah lingkungan beragam kultur, Aisyah ternyata saat kecil senang menyaksikan acara-acara agama Islam dalam menyelesaikan masalah.

“Saya suka dengan kata jembatan, sebetulnya. Jadi kita itu masing-masing sedang mencari jembatan untuk kita bisa berkomunikasi dengan Sang Khaliq, Yang Maha Kuasa," katanya.

"Kenapa perjalanan saya seperti ini, karena saya tidak mau merasa takut. Saya ingin mencari cara menjembatani bagaimana caranya saya bisa benar-benar khusyuk, bisa benar-benar intim dengan Sang Khaliq,” ucapnya.

Di dalam perbincangan dengan Tim Telisik.id, Aisyah juga menceritakan perasaannya setelah memutuskan menjadi seorang mualaf. Dia mengaku merasa nyaman dan bahagia.

Ia mengaku setelah memeluk Islam merasa nyaman, seneng, dan yakin bahwa segala sesuatu itu ada titiknya. Bahkan ia juga mengaku bisa berbuat lebih banyak lagi.

"Dia (Allah) itu sesuatu yang Maha Kokoh, sekaligus at the same time juga sesuatu yang paling loveable menurut saya,” kata Aisya.

Ia juga mengatakan bahwa agama Islam yang dianutnya saat ini mengajarkannya untuk selalu ikhlas. Terlebih di masa pandemi seperti sekarang.

“Menurut saya ajaran yang saya jalanin sekarang ini membuat saya jadi bisa ikhlas dalam melihat segala hal,” ujarnya. (A)

Reporter: Siswanto Azis

Editor: Fitrah Nugraha

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel