Rajin Sholat, Nenek di Pidie Jaya Aceh Ini Berusia 130 Tahun, Rambutnya Belum Beruban
Maimunah warga Gampong Blang Miroe Tunong, Kecamatan Bandar Dua Ulee Glee, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh menjadi manusia tertua yang tinggal di daerah tersebut. Usianya kini telah mencapai 130 tahun dan masih sehat serta bisa beraktivitas.
Nek Munah-sapaan akrabnya masih memiliki tenaga layaknya lansia berumur 70 tahun. Dia kini tinggal dengan anak ketiganya bernama Hafsah bersama cucu serta cicitnya.
Keterangan Hafsah, Nek Munah tinggal bersamanya di gubuk yang sederhana. Meski sudah berusia sangat renta, ibunya masih sanggup melakukan pekerjaan rumah sehari-harinya. Dengan bantuan tongkat, dia masih bisa berjalan-jalan dan melakukan aktivitas hariannya seperti mandi dan sholat.
Nek Munah yang terlihat putih bersih dan berseri ini juga merupakan sosok yang selalu berserah diri pada Allah Maha Kuasa. Dia selalu tersenyum saat disapa orang lain.
"Dia juga selalu rajin menjalankan ibadah sholat lima waktu, sholat sunah dan tahajud. Begitu adzan berkumandang, dia akan segera bangkit mengambil air wuduk dan bersiap untuk sholat," ujar Hafsah, anak ketiga Nek Munah yang kini berusia 75 tahun.
Bahkan saat duduk beristirahat, dari mulutnya selalu berzikir dan bertasbih. Dimulut Nek Munah selalu terdengar zikir dan mengucapkan nama Allah SWT.
"Ini selalu berdoa kepada siapa saja tamu yang menjenguknya," katanya.
Dia menceritakan, Nek Munah sempat menikah dua kali semasa gadisnya pada tahun 1900-an. Dia menikah dengan suami pertama namun tidak dikaruniai anak. Pernikahan keduanya dengan suami bernama Muhammad Dali dikaruniai 12 anak.
"10 orang di antaranya telah berpulang ke Rahmatullah dan hanya dua anaknya yang masih hidup sampai sekarang. Usman M Dali anak kedua sekarang berumur 78 tahun dan saya Hafsah M Dali berusia 75 tahun," ucapnya.
Setahun lalu, Nek Munah masih tinggal di rumah peninggalan almarhum suaminya di seberang jalan depan rumah ini. Namun sudah beda desa, yaitu Gampong Beurasan.
"Karena sudah renta tidak mungkin kami membiarkan ibu sendiri. Walaupun sampai sekarang beliau masih menuntut agar rumahnya dibangunkan kembali karena rumahnya yang dulu sudah tiada," katanya.
Demi menyenangi hati ibunda tercinta, Hafsah bersama abangnya Usman telah membelikan beberapa material untuk membangun kembali gubuk di lahan yang berada di seberang jalan tersebut.
"Semasa saya masih muda dulu sampai saat ini, ibu sudah membantu orang lain dengan mengobati penyakit seperti muntah darah akibat serbuk dan lainnya. Ibu mengobati orang sakit dengan berdoa kepada Yang Maha Kuasa serta memberikan ramuan racikannya," ujarnya.
Saat ini keadaan kedua mata ibunya masih bisa melihat dengan jelas. Begitu juga rambutnya yang belum beruban. Untuk pendengarannya sudah kurang dan bicaranya tidak begitu jelas. Mungkin karena lidahnya sudah mulai menciut dan giginya tiada.