Awalan

Kajian Gus Baha: Tips Terapkan Hidup Berkecukupan dan Tidak Bergantung pada Banyak Hal

 


Berikut ini kajian dan ceramah dari Gus Baha tentang hidup itu sebenarnya apa dan memberi tips agar hidup tetap berkecukupan.

Siapa yang tidak ingin hidup di dunia ingin hidup berkecukupan? Pasti semua orang di dunia ini menginginkannya, sesuai dengan perkataan dari Gus Baha.

Gus Baha juga mempertanyakan sebenarnya hidup itu apa dan menjelaskan lebih rinci kalau hidup tidak harus bergantung pada banyak hal.Walaupun sukses dan kaya raya itu hak dapat dimiliki semua orang, nyatanya tidak harus kaya untuk mempunyai standar hidup berkecukupan.Hidup berkecukupan bisa diartikan bahwa segala kebutuhan dalam hidup tidak lebih dan tidak kurang. Cukup atau pas sesuai kebutuhan selama hidup di dunia.

Sebagaimana dikutip KabarLumajang.com dari video YouTube NGAJI KYAI yang berjudul "Hidup Itu Sebenarnya Apa?, Live Ngaji Gus Baha Terbaru", diunggah pada 26 Agustus 2020, berikut ini penjelasan lengkapnya.

Menurut Gus Baha, orang yang memiliki banyak kebutuhan itu sebetulnya banyak kebodohannya karena hidupnya menggantungkan kebahagiaan ke banyak hal sekaligus.Imam Syafi'i dalam penjelasan Gus Baha, mengatakan jika kecukupan adalah berusaha sebanyak mungkin akan banyak hal yang tidak kamu butuhkan, bukan memenuhi semua kebutuhan.

Manusia memiliki nafsu yang tidak terbatas, kalau tidak terpenuhi tidak ada selesai atau habisnya. Semua hal ini adalah sebuah kearifan yang selalu kita tanamkan.

Dengan keadaan atau situasi yang sedang menimpa Indonesia sekarang, Gus Baha ingin memastikan hidup kita harus bahagia karena mempunyai pegangan kata yang menyemangati kita setiap hari agar bisa hidup berkecukupan.

Bahkan Gus Baha menambahkan hidup yang sebenarnya adalah hidup yang tenang, meskipun banyak yang membenci kita. Dari ini bisa disimpulkan bahwa tidak hanya membuat tenang, tapi dapat menjadi pribadi yang lebih berwibawa.Namun sekarang ini menghadapi hidup, kita mesti kesulitan karena menghadapinya dengan penuh nafsuGus Baha menjelaskan ulama-ulama pendahulu jika ingin meninggal dunia, mereka menghadapinya dengan penuh suka cita dan tenang.Alasannya adalah melihat kematian adalah akhir dari segala keburukan atau potensi untuk melakukan keburukan selama hidup.

Gus Baha memberi pertanyaan jika kematian itu sebenarnya menyenangkan bukan menyusahkan, sebab kematian adalah akhir segala keburukan.

Demikian penjelasan lengkap dan secara singkat tentang cara menerapkan hidup berkecukupan dan tidak bergantung banyak hal dari Gus Baha.

Gus Baha atau dengan nama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini adalah ulama yang lahir pada 15 Maret 1970, di Sarang, Rembang, Jawa Tengah.Saat ini dia menjadi pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA di Kragan, Narukan, Rembang, Jawa Tengah.Putra dari KH Nursalim Alhafidz ini, tidak memiliki gelar ilmu atau pendidikan di kampus, melainkan lulusan santri dari pondok pesantren. Dia adalah santri dari pesantren Al-Anwar Sarang yang diasuh oleh KH Maimoen Zubair.

Meskipun sebagai santri yang hanya lulusan pesantren, kualitas keilmuannya tidak kalah dengan lulusan dari universitas atau ahli dengan bidang ilmu keislaman.

Dia telah menguasai berbagai bidang ilmu keislaman antara lain, fikih, ushul fikih, tasawuf, tauhid, ilmu Quran, hadis, tafsir, hingga sejarah Islam.

Berdasarkan latar belakang keilmuannya, sudah menjadi rahasia umum jika setiap ceramah atau kata kajiannya keluar kata-kata yang mampu membuat kita selalu menerapkan hidup yang tenang, berkecukupan, dan bahkan tidak bergantung banyak hal. ***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel