Awalan

Gus Baha Sebut Anjing di Zaman Dahulu tidak Pernah Najis

 


Beredar sebuah rekaman yang memperdengarkan ceramah Gus Baha sedang menjelaskan soal hewan anjing yang tidak najis.

Dalam rekaman ceramah itu, Gus Baha juga menyebutkan bahwa para sahabat Nabi di zaman dahulu memelihara anjing.Lebih lanjut Gus Baha mengatakan bahwa menurut para sahabat Nabi, jika sahabat yang merawat 100 kambing akan memberikan satu kambingnya ke anjing sebagai hadiah karena telah menjaganya dari serigala. 

Gus Baha juga membacakan surah Alquran yang mengistilahkan anjing di dalam surat Al Maidah ayat 4.

"wa m 'allamtum minal-jawrii mukallibna". Ucap Gus Baha

Yang mana ayat tersebut memiliki arti " Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu".

Lebih lanjut dalam ceramah tersebut Gus Baha menjelaskan bahwa jika para sahabat Nabi menginginkan seekor kijang, maka mereka akan mengajari anjing peliharaan mereka untuk memburu kijang tersebut."Sahabat dulu kalau ingin mendapatkan kijang atau mendapatkan buruan, anjing diajari untuk mengejar kijang," lanjut Gus Baha

Kemudian, Gus Baha juga menuturkan hewan halal secara fikih yang menurutnya ada dua, yaitu hewan yang mati secara disembelih dan hewan yang mati karena terkena panah.

"Misalkan ada kijang lari kalian panah itu halal tanpa disembelih. pernah mendengar atau belum hukum seperti itu? Atau diburu. Diburu hewan yang sudah dilatih. Itu yang halal tanpa harus disembelih. Standarnya memang seperti itu," ucapnya. 

Gus Baha kemudian menjelaskan awal mula anjing dianggap najis ketika di masa periode Syafi'iyah.

"Ketika periode Syafi'iyah dan kebetulan mahzab di Indonesia Syafi'i yang paling dominan di Indonesia, lantas orang mengira anjing itu najis. Konsekuensi dari dikira najis maka anjing diburu dijauhi dibenci. Zaman saya kecil membunuh anjing itu seperti ibadah," jelas Gus Baha. 

Lalu Gus baha menjelaskan posisi hewan anjing di Indonesia yang cukup berperan penting."Jadi membunuh anjing ibadah. Tapi di saat yang sama, santri mengakui kalau hewannya ashabul kahfi itu anjing. Juga mengakui kalau hewan paling pintar itu anjing. apalagi intelijen, kepolisian, badan narkoba tetap mengakui bahwa hewan yang paling mudah diajari adalah anjing," ujarnya. 

Oleh sebab itu, menurut Gus Baha itu semua sudah cukup membuktikan ilmiahnya Alquran terhadap hewan anjing.

"Mahzab Syafi'iyah menganggap anjing itu najis, kita lupa keistimewaan anjing. Padahal itu tidak bertentangan. Kalau anjing memang dianggap pintar, kalau itu dikatakan najis biar tidak kamu sembelih dan dijadikan ternak. Justru barang istimewa itu tidak perlu dibunuh. Karena istimewa. Kalau anjing kamu samakan dengan ayam nanti disate terus cepat habis," kata Gus Baha. 

Gus Baha lalu membacakan teks asli hadis Nabi Muhammad SAW yang ditafsiri sebagai najis. Teks asli hadis nabi SAW itu berbunyi "Kalau anjing itu menjilat diantara wadah kamu maka basuhlah tujuh kali"."Jadi nabi mengistilahkan ada wadah, ada yang menjilat. Nah yang membuat itu menjadi ekstrem ada istilah menjilat. Wadah itu bisa wadah minum atau wadah bersuci," kata Gus Baha.

Maka dari itu imam Malik tetap berkeyakinan bahwa membasuh atau mencuci tidak selalu memiliki makna najis.

"Jika anda punya baju kotor walaupun tidak najis juga disuruh membasuh. Sudah gitu ditambah wadah. Wadah itu memang barang spesial. Yang namanya jok tidak perlu dicuci, tapi kalau gelas yang tetap harus dicuci. karena kaitannya dengan kesehatan. Makanya Imam Malik tetap ngotot bahwa anjing itu tidak najis sama sekali," jelasnya. 

Kemudian Gus Baha menjelaskan soal perintah nabi yang menganjurkan membasuh tujuh kali lantaran takut menimbulkan efek bagi kesehatan, bukan najis.

"Soal dibasuh tujuh kali, memang nabi menyuruh membasuh tujuh kali, tapi tidak ada konsekuensi itu menjadi vonis najis. karena secara logika ijtihad istilahnya nabi itu wadah dan menjilat. apalagi kalau kalian menguasai ilmu medis. Efek yang ditimbulkan hanya sekadar memegang dengan efek menjilat itu bedanya jauh. Makanya Imam Malik memutuskan tidak ada kaitannya dengan najis," jelasnya lagi.

Pendapat Imam Malik tersebut berbeda dengan pendapat Imam Syafi'i Imam Syaffi berpandangan bukan hanya menjilat, memegang saja najis. Ditambah lagi adanya hadis nabi SAW mengenai malaikat tidak akan masuk ke rumah kalian yang ada anjing."Ulama sufi protes. tidak ada orang yang tidak mendapat rahmat ada anjingnya atau tidak ada anjingnya. Apakah jika ada anjingnya lantas tidak ada rahmat Allah? Ya tetap ada kan jawabannya. Nyatanya orang yang punya anjing tetap bisa makan. berarti mendapat rahmat," tutur Gus Baha.

Akhirnya, Gus Baha mengatakan ulama-ulama sufi menafsiri bahwa 'dibasuh tujuh kali' anjuran nabi tersebut merupakan bahasa kinayah.

"Jadi nabi SAW bersabda seperti itu kinayah. Malaikat itu tidak masuk hati dimana hati itu ada mental pemabuk dan ingin barangnya orang lain. Ulama sufi menafsiri yang dimaksud anjjing disitu adalah tamak. Orang ISlam hatinya tidak akan ditempati malaikat jika hatinya punya mental tamak," kata Gus Baha.

Mengakhiri ceramahnya, Gus Baha mengatakan bahwa apapun pendapat ulama yang berbeda-beda, Alquran merupakan pendapat yang paling jujur.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel