Awalan

Begini Cara Wudhu yang Sah Menurut Gus Baha Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Jum'at, 16 September 2022 - 05:10 WIB oleh Rusman H Siregar dengan judul "Begini Cara Wudhu yang Sah Menurut Gus Baha". Untuk selengkapnya kunjungi: https://kalam.sindonews.com/read/886393/69/begini-cara-wudhu-yang-sah-menurut-gus-baha-1663261748/ Untuk membaca berita lebih mudah, nyaman, dan tanpa banyak iklan, silahkan download aplikasi SINDOnews. - Android: https://sin.do/u/android - iOS: https://sin.do/u/ios


 Cara wudhu yang sah menurut Gus Baha menarik untuk kita ketahui. Di antara kaum muslim mungkin ada yang berwudhu seadanya saja, padahal bekas-bekas wudhu akan menampakkan cahaya pada Hari Kiamat. Dalam satu kajiannya, Gus Baha menerangkan bahwa nanti di Akhirat Rasulullah SAW melihat orang mukmin memiliki cahaya sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an: يَوْمَ تَرَى ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ يَسْعَىٰ نُورُهُم بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِم بُشْرَىٰكُمُ ٱلْيَوْمَ جَنَّٰتٌ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ Artinya: "(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar". (Surat Al-Hadid Ayat 12) Berikut penjelasan Gus Baha dilansir dari kanal YouTube Santri Gayeng:


Berwudhulah dengan sempurna, jangan cuma secukupnya saja. Meski cukup dalam Mazhab Syafi'i, tetapi gak cukup untuk dikenali (diidentifikasi). Dalam ilmu fiqih begini, rambut yang sah dibasuh itu yang masih dalam kisaran kepala. Jadi saya ini kan habis digundul, kalau begini semuanya sah untuk dibasuh. Karena semua rambut saya posisi di kepala. Tapi jika rambutmu terlalu gondrong, panjang sampai siku, lalu yang kamu usap cuma ujungnya, itu gak sah. karena sudah keluar dari area kepala. Dalam Al-Qur'an Allah berfirman: "Usaplah kepalamu". Kalau itu namanya bukan kepala, tapi ujung rambut. Jadi kalau ada orang memukul, namanya mukul rambut. Yang dimaksud dengan mengusap kepala itu seperti memukul kepala. Makanya ulama ahli fiqih mengatakan, "Boleh mengusap rambut, asal masih dalam kisaran kepala." Begitu baru sah! Karena itu, berwudhulah dengan sempurna agar tidak mempersulit Nabi di Akhirat kelak. Karena sekali tidak dikenali, bisa neraka. Penyelesaian hisab itu hanya setengah dari setengah siang hari. Jadi nanti di Akhirat itu ada yang berwajah gelap dan ada yang bersinar. Setiap orang yang berwajah gelap pada lari ke kiri, sementara orang yang wajahnya bersinar pada lari ke sebelah kanan. Para Malaikat langsung membuat pembatas. Sejak ada pembatas itu, yang ini disebut golongan kiri, dan yang itu golongan kanan. Nah, golongan kanan dipilah-pilah lagi, papan atas, papan tengah, papan bawah. Kemudian yang cahayanya redup itu masuk kemana saya tidak tahu (hehehe). Jadi, orang-orang berdosa akan terlihat wajahnya gelap. Makanya Nabi berdoa: "Ya Allah, jadikan Nur di bawahku, di atasku di samping kiri-kanan. Jadikan semua itu Nur." Bayangkan seluruh tubuhmu bercahaya, Kanjeng Nabi akan lebih mudah mengenalinya. Wajah dan tangannya bersinar, lebih mudah dikenali. Makanya kalau berwudhu itu dilebihkan. Jadi mengusap kepala itu begini, minimal untuk wudhu sholat fardhu. Untuk sholat qobliyah-bakdiya tidak usah. Minimal wudhu untuk sholat fardhu. Begini lho, sampai ke tengkuk diulangi lagi sampai tiga kali. Saya pun jarang wudhu sempurna kecuali untuk sholat fardhu. Dulu Rasulullah SAW pun begitu, kalau bukan untuk sholat fardhu maka wudhunya biasa. Kalau untuk sholat fardhu wudhunya spesial sampai ke sela-sela jari dan lain sebagainya

Misalnya membasuh tangan, maka lebihkan hingga ke lengan atas. Kalau membasuh kaki, maka sampai separuh betis dan seterusnya. Pokoknya dilebihkan! Jadi kesimpulan dari kajian Gus Baha ini, apabila berwudhu, jangan lupa menyempurnakannya supaya nanti di Akhirat kita mudah dikenali oleh Rasulullah SAW. Wallahu A'lam


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel