Gus Baha Jelaskan Adab Bertamu Berdasarkan Al-Qur'an
KH A Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan tata krama bertamu bagi seorang Muslim. Agar tamu dan tuan rumahnya merasa nyaman. Tata krama tersebut bersumber dari surat An-Nur ayat 27:
ÙŠَٰٓØ£َÙŠُّÙ‡َا ٱلَّØ°ِينَ Ø¡َامَÙ†ُوا۟ Ù„َا تَدْØ®ُÙ„ُوا۟ بُÙŠُوتًا غَÙŠْرَ بُÙŠُوتِÙƒُÙ…ْ ØَتَّÙ‰ٰ تَسْتَØ£ْÙ†ِسُوا۟ ÙˆَتُسَÙ„ِّÙ…ُوا۟ عَÙ„َÙ‰ٰٓ Ø£َÙ‡ْÙ„ِÙ‡َا ۚ Ø°َٰÙ„ِÙƒُÙ…ْ Ø®َÙŠْرٌ Ù„َّÙƒُÙ…ْ Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَØ°َÙƒَّرُونَ
Gus Baha menambahkan, adab bertamu ini penting diperhatikan, agar yang bertamu dan tuan rumahnya merasa nyaman. "Kalau saya bertamu di kiai yang tidak kenal saya, mungkin kedatangan saya dianggap problem. Karena datang di jam tertentu. Jadi saya harus mikir," tegas Gus Baha.
Berangkat dari itu, Gus Baha meminta seseorang yang mau bertamu tidak mengucapkan salam dulu. Karena sesuai tuntunan Al-Qur'an, harus nyaman dulu. Oleh karenanya, penting memastikan kenyamanan pemilik rumah.
"Coba bayangkan, kiai pas makan lalu ada tamu. Kan jadi bingung, mau dijawab masih ngunyah makanan. Bisa keselek. Hal seperti itu harus diperhatikan," imbuhnya.
Dikatakan Gus Baha, salah satu cara melihat apakah tuan rumah itu nyaman, hendaknya menunggu undangan. Karena kalau sudah begitu, tuan rumahnya sudah siap untuk menerima. Tradisi tersebut juga hidup di kaum Nahdliyin, datang ke rumah kiai ketika diundang.
"Saya pernah diceritakan salah satu keluarga dari KH Maimun, ia cerita pernah tidak senang didatangi Kiai Maimun karena saat itu ia khutbah Jumat dan Kiai Maimoen shalat di shaf awal. Akhirnya, ia sakit. Karena grogi," tandasnya.