Awalan

Gus Baha Ungkap Hoaks Seputar Kisah Nabi Ayub Gudikan, Ini Faktanya

 


Masyhur cerita yang beredar bahwa Nabi Ayub merupakan sosok Nabi yang mendapatkan ujian yang teramat berat. Selain hidup penuh kemiskinan, Allah SWT menguji Nabi Ayub AS dengan penyakit kulit  (gudik) yang parah.

Konon, akibat penyakit yang dideritanya, Nabi Ayub diasingkan oleh istri dan kaumnya. Bahkan mereka sampai tega mengusirnya.Namun belakangan, cerita tentang Nabi Ayub ini dikoreksi Ulama kharismatik asal Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. Menurut Gus Baha cerita ekstrem seputar Nabi Ayub tidak sepenuhnya benar.

“Seperti ceritanya Nabi Ayub AS, katanya beliau gudikan, Lalu ketika mau salat, belatungnya diambil dan setelah selesai salat, belatungnya dikembalikan lagi. kacau betul cerita itu,” kata Gus BahaSaya pernah diundang pondok Sidogiri, diminta mengomentari cerita-cerita Israilliyat, memang keterlaluan cerita Israiliyat itu. Nabi Ayub AS itu gudikan, katanya itu sampai mengeluarkan bau. Bau, kemudian diusir, sebab membuat bau satu desa,” jelasnya

Gus Baha menunjukan perihal keanehan cerita Nabi Ayub yang menderita penyakit gudik. Diceritakan, saking parah penyakitnya, maka bukan tangan lagi yang digunakan untuk menggaruk akan tetapi pecahan genting.

Menurut Gus Baha munculnya materi genting dalam kisah tersebut justru semakin menambah aneh dan bohongnya cerita itu. Sebab di daerah Nabi Ayub tinggal, tidak ada genting karena bahan dasar genting berupa materi tanah liat yang dipastikan tidak akan ditemukan di sana. 

“Diusir sampai ke hutan. Sudah dibuang ke sana, miskin pula. Sudah miskin, bau pula. Kata cerita di kitab-kitab, digaruk pakai tangan tidak berasa, makanya sampai digaruk pakai pecahan genting. Padahal di Arab itu tidak ada genting, jadi kelihatan bohong. Genting itu terbuat dari tanah liat dan orang Arab tidak punya tanah liat,” ungkap Gus Baha 

“Tapi kata Kiai Jawa, beliau menggaruk pakai pecahan genting, Itu pasti bohong, di Arab itu tidak ada genting,” imbuhnyaGus Baha menceritakan, sebelumnya Nabi Ayub pernah menjadi orang kaya dalam kurun waktu yang cukup lama, yakni 18 tahun.

“Dia pernah kaya selama 18 tahun, saya masih hafal kayanya itu 18 tahun. Istrinya ketika mengeluh, dinasehati begini: “Kamu sehat berapa tahun?”, “18 tahun.” “Saya sakit baru 2 tahun, kalau sudah lewat 18 tahun, baru saya berdoa,” cerita Gus Baha.

Namun perihal benar tidaknya cerita itu, Gus Baha menegaskan bahwa dirinya tidak mempercayai cerita tersebut.

“Itu kata cerita tadi, kalau kamu percaya. Sayapun punya kitabnya tapi tak percaya. Semoga saja tidak benar," ucap dia.

Kemudian, dikisahkan bahwa Nabi Ayub AS kaget saat melihat kepala istrinya dalam kondisi gundul. Hal ini lantaran saking miskinnya kehidupannya, sampai-sampai istrinya menjual rambutnya untuk mencukupi kebutuhannya

“Istri Nabi Ayub itu sangat cantik, sebab dia cucunya Nabi Yusuf. Suatu saat istrinya pulang dalam keadaan gundul. Karena saking melaratnya, tidak ada yang bisa dimakan. Ada putri raja yang rambutnya rontok, pokoknya singkat cerita, akhirnya putri raja itu bersedia pakai rambut palsu, tapi punya perempuan yang tiada lain istrinya Nabi Ayub AS," katanya

Atas perilaku istrinya, Nabi Ayub sedih dan kesal dan pada akhirnya Nabi Ayub berdoa kepada Allah SWT agar disembuhkan dari sakitnya. Adapun doanya sebagaimana tertera dalam Al Qur'an Surat Al Anbiya ayat 83:

وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ ۚDan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.”

“Akhirnya punya banyak uang berkat menjual rambut. Nabi Ayub kesal, akhirnya berdoa. Menurut para ulama, Nabi Ayub akhirnya tidak kuat karena membiarkan istrinya mencari nafkah sendiri. Jadi ulama menganalisis, cobaan gudikan itu kalau orang soleh itu bisa menerima, tapi cobaan membiarkan istri mencari nafkah sendiri itu tidak bisa diterima," kata Gus baha

“Jadi berkah istrinya mencari nafkah menjual rambut, Nabi Ayub akhirnya berdoa, dan karena dia seorang Nabi doanya langsung dikabulkan,” tambahnya.  .Menurut Gus Baha, cerita berlebihan tersebut ditentang oleh para ulama Ahlussunnah seperti Sayyid Marzuki.  Hal ini ditemukan dalam salah satu karya beliau yakni Aqidatul Awam dan beliau menulis:

 وَجَائِزٌ فِيْ حَقِّهِمْ مِنْ مَرَضٍ # بِغَيْرِ نَقْصٍ كَخَفِيْفِ الْمَرَضِ

Artinya: “Nabi itu boleh saja sakit, akan tetapi bukan sakit yang sampai merusak derajatnya, seperti sakit yang ringan,"

Menurut Gus Baha atas dasar pandangan Sayyid Marzuki di atas, meskipun Nabi Ayub menderita sakit, akan tetapi bukan sakit yang dapat menurunkan derajatnya. Seandainya gudikan saja tidak sampai parah, apalagi sampai menimbulkan orang satu desa bau semuanya.

“Karena secara logika itu tidak masuk akal, sebab di mana-mana Nabi itu obat bagi kaumnya. Kalau Nabinya sendiri sakit lalu bagaimana?” terangnya

“Nabi kok gudikan? Itu tidak boleh menurut Sayyid Marzuki. Syaratnya Nabi itu harus nasab terbaik, kesehatan terbaik, semuanya harus terbaik, tidak boleh tidak, sebab Nabi itu mesti jadi tumpuan kaumnya, kaumnya sakit, diobati oleh Nabinya, kalau nabinya sendiri sakit, lalu bagaimana?,”” imbuhnya

Gus Baha juga menyayangkan bahwa cerita yang salah itu sudah terlanjur populer di masyarakat, 

“Tapi cerita ini sudah terlanjur melegenda, saya yakin seyakin-yakinnya bahwa cerita itu salah. Itu berlebihan, ya memang dia diuji, tapi tidak akan sampai se-ekstrem itu,” terangnya

“Paling nanti kalau ketemu Nabi Ayub dimarahi, “Enak saja bilang aku gudikan,” kelakarnya“Tapi jelas itu cerita hoaks,” tandas Gus Baha.

Selain kitab Aqidatul Awam di atas, menurut Gus Baha ada beberapa kitab karya ulama Ahlussunnah seperti Ummul Barahin dan Jauharut Tauhid yang keras menentang cerita Nabi Ayub itu.

 “Jelas itu, ulama-ulama Ahlussunnah marah akan cerita itu, saya banyak membaca kitab-kitab Ahlussunnah yang resmi, Ummul Barahin, Jauharut Tauhid, wah mereka marah besar akan cerita itu! Cerita itu batal menurut kesepakatan ulama," pungkasnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel