Ngaji Reboan #42: Create Progressive Leadership & Visionary
KLIKMU CO-
Oleh: Mahsun Djayadi*
Tak dapat disangkal bahwa dakwah Islam amar makruf nahi munkar di berbagai bidang, yang semuanya itu diabdikan untuk memajukan umat dan bangsa Indonesia, ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Maka sudah seharusnya dakwah Islam didukung oleh Nizhom (pengoarganisasian) yang establis, modern, dan profesional. Dengan demikian kepemimpinannya juga harus kepemimpinan yang berkemajuan, dinamis, dan visioner.
Sudah saatnya kita tinggalkan paradigma lama yakni pemimpin “papan nama” atau pemimpin yang suka menikmati “Zona Aman” kehilangan motivasi, miskin dinamisasi, tidak ada progressivitas (kemajuan), dan tidak punya visi yang jauh ke depan. Sebaliknya sudah saatnya kita persiapkan kepemimpinan yang bertanggung jawab sesuai tugas (amanah) yang diembannya, progressivitas (berkemajuan), serta mampu memproyeksikan visi dan misi yang jauh ke depan bagi umat dan bangsa.Kepemimpinan yang ideal terdiri dari personil pemimpin yang mempunyai basis keagamaan yang kuat, bermental keluar dari zona aman, petarung yang handal, berkinerja maksimal, memiliki spesifikasi keahlian yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut sebagai “prepare dynamic and visionary leadership” (menyiapkan kepemimpinan yang dinamis dan visioner).
Kepemimpinan dalam masyarakat modern ke depan harus memiliki ruh dan aura pemimpin “berkemajuan” sebagai mana tuntutan zaman yang selalu berubah secara cepat. Di era millenial ini masyarakat sudah tidak menerima model kepemimpinan yang lamban, Status Quo, sehingga dianggap sebagai kepemimpinan tanpa arah, Quo Vadis.
Kepemimpinan yang ideal memerlukan personil yang mempunyai “daya gerak” yang tinggi sehingga mampu menggerakkan warga, masyarakat secara masiv dan terukur. Personil dengan kapasitas demikian itu harus memiliki mental pantang menyerah, tetapi memiliki satu sikap kebersamaan yang tinggi, serta integritas yang tidak diragukan. Kepemimpinan yang berkemajuan dan visioner memungkinkan terjadinya kombinasi antara “unsur Senior” dan juga “unsur Junior”, tujuannya adalah agar regenerasi kader berjalan dengan lancar.
Generasi junior (generasi muda) tentunya yang memiliki “daya gerak” dan juga “daya dobrak” terhadap berbagai kejumud-an berfikir, serta mental rendahan atau low mentality. Sebaliknya mereka harus menjadi generasi yang bermental pemenang atau winner mentality. Sementara generasi senior yang bermental Winner, berjiwa muda, petarung handal, visioner, serta inovatif masih tetap dibutuhkan, tentu sebagai manusia dengan segala kekurangan dan kelebihannya, sehingga keberadaannya memberi panduan dan inspirasi kepada generasi mudanya. Dengan begitu maka generasi muda tetap terarah jalannya dan terkendali emosionalnya.
Setidak-tidaknya ada tiga kriteria utama yang harus dimiliki oleh pemimpin dalam kepemimpinan yang progressiv dan Visioner serta “Winner Mentality” (bermental Pemenang), sebagai berikut:Pertama, Tahrir.
Tahrir di sini maksudnya membebaskan. Yakni pemimpin yang terbebas dari kejumud-an berfikir, terbebas dari sikap statis. Mereka inilah yang akan mampu membebaskan warga persyarikatan, umat islam, dan bangsa Indonesia dari kebodohan, kemiskinan menuju masyarakat yang religious, maju dan sejahtera. Kebodohan dan kemiskinan saat ini masih menjadi dua sejoli (saudara kembar) yang membelenggu masyarakat kita terutama setelah diterpa pandemi Covid-19. Allah mengingatkan:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS Al-Baqarah ayat 155).
Kedua, Taqdir.
Taqdir di sini maksudnya memberdayakan. Yakni pemimpin berdaya juang tinggi dan mampu memberdayakan umat dan bangsa Indonesia yang kita cintai. Betapa keterpurukan telah menimpa umat dan bangsa ini akibat pandemi Covid-19 terutama pada aspek ekonomi. Maka pemimpin yang dibutuhkan pada era millenial sekarang ini harus memiliki inovasi yang tinggi, mampu memberi alternatif solusi terhadap permasalahan umat, menjadi Problem Solver, jangan malah menjadi bagian dari permasalahan umat.
Maka kinerja pemimpin yang dibutuhkan adalah yang selalu fokus terhadap program yang telah ditetapkan untuk disosialisasikan secara simultan. Sudah bukan zamannya bekerja sambil lalu se-kena-nya, kalau ada waktu ya datang. Harus profesional, fokus, dan terukur.
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ٩
Artinya: Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar. (QS Annisa ayat 9)Ketiga, Taqdim.
Taqdim di sini maksudnya memajukan. Hal ini sesuai dengan perkembangan zaman yang terus berubah. Pemimpin yang berkemajuan diindikasikan banyak inovasi, bahkan dalam hal-hal tertentu mampu melakukan “diskresi” dan menempuh jurus-jurus tertentu sesuai dengan persoalan umat yang dihadapi. Pemimpin berkemajuan juga bisa melakukan berbagai alternatif solusi, kalau perlu melakukan “Out Of The Box” jika memang diperlukan.
Pemimpin berkemajuan selalu terobsesi mewujudkan kehidupan umat manusia jauh ke depan yang tercerahkan melalui transformasi sosial yang bersifat emansipasi, humanisasi, liberasi, dan transendensi.
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS Ali Imron ayat 104).
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi oleh umat dan pemimpin yang berkategori pemenang dan beruntung (Muflihun), yaitu:
(1). keberanian menyuarakan kebenaran (amar makruf),
(2). keberanian memberantas kemungkaran (nahi munkar), dan
(3). keberanian untuk selalu bersandar kepada nilai-nilai keimanan sebagai sumber inspirasi dan gerakan.
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imron ayat 110).
Umat terbaik adalah umat pemenang (Muflihun/Winner). Maka pemimpin terbaik adalah pemimpin yang bermental pemenang, berkemajuan, visioner, merdeka dan mandiri, tidak tersandra oleh berbagai masalah baik yang sifatnya keduniawian maupu yang sifatnya keagamaan.
Wallahu a’lamu bis-Shawab.
*Direktur Ma’had Umar Ibnu Khattab UMSurabaya