Penjelasan Gus Baha tentang Imam yang Bacaannya Terlalu Panjang Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Jum'at, 23 September 2022 - 05:10 WIB oleh Rusman H Siregar dengan judul "Penjelasan Gus Baha tentang Imam yg bacaannya terlalu panjang
Sabtu, 11 November 2023
Edit
Penjelasan Gus Baha tentang imam yang bacaannya terlalu panjang pernah dibahas dalam satu kajian beliau. Ulama bernama KH Ahmad Bahauddin Nursalim mengingatkan agar memimpin sholat jangan kelamaan karena bisa merusak Islam. Gus Baha menceritakan kisah sahabat Nabi yang mengimami sholat terlalu lama. Ada sahabat lain yang mufaraqah (memisahkan diri dari imam) karena sholatnya terlalu lama lantaran ingin mengurus unta. Berikut penjelasan Gus Baha dalam kajian yang diunggah Channel Santri Gayeng melalui kanal YouTube: "Sahabat itu kemudian mengadu kepada Nabi: Ya Rasulullah, saya ini mufaroqoh (berpisah) dengan imam karena sholatnya terlalu lama. Saya dimarahi, dan dianggap munafik," ucapnya. Sahabat yang kala itu menjadi imam adalah Mu'adz radhiyallahu 'anhu mendapat teguran dari baginda Nabi: "Kamu itu kalau sholat jangan kelamaan, bisa merusak Islam! Orang akhirnya tidak menyukai sholat disebabkan sholatmu terlalu lama."
Itulah barokahnya hadis tersebut, orang menjadi imam memilih Surat Qulhu (Al-Ikhlas) karena khawatir dimarahi Nabi (hehehe). Padahal Nabi sebenarnya waktu itu menegur Mu'adz agar tidak membaca Surat Al-Baqarah ketika memimpin sholat. Tapi diganti dengan Surat Sabbihis (Al-A'la). Namun, hadisnya diplesetkan jangan Sabbihisma (al-A'la), tapi membaca Qulhu (hehe). Mua'dz saat menjadi imam membaca Surat Al-Baqarah di rakaat pertama dan Surat Al-Maidah rakaat kedua. (Ya merianglah... hehe)
Bagaimana pun Islam jangan sampai jadi masalah (biang kerok). Dikisahkan ada sahabat yang hidup di masa Tabi'in dalam Kitab Al-Bukhari, saat iqomat dikumandangkan, malah untanya kabur. Dia pun lantas berlari mengejarnya. Takbiratul ihram tak jadi, malah untanya ia kejar. Padahal statusnya beliau adalah sahabat, bukan Tabi'in lho. Saat kembali ke masjid, dia dalam keadaan masbuq. Selesai sholat beliau dikomentari para Tabi'in. "Lihatlah orang tua ini, begitu cinta dunia. Dia ini hidup di masa Nabi, tapi lebih mendahulukan unta ketimbang Takbiratul Ihram (sholat)," kata si Tabi'in. Mendengar itu, sahabat menangis dan berucap: "Aku (melakukan ini) di masa Nabi tak pernah jadi masalah. Kok, di masa sekarang (Tabi'in) malah jadi masalah?"
Hal yang melatarbelakangi sahabat itu menangis karena di masa Nabi Muhammad, Islam itu gampang. Ada orang yang mengurus unta, ada yang melakukan macam-macam. Tapi semakin ke sini, Islam kok jadi merepotkan. Kemudian dia berkata: "Aku ini sudah tua, kalau untaku hilang lantas pulangku bagaimana?" Sekarang saya tanya: "Bagaimana jika sholat dinggap sumber masalah hilangnya unta, lalu sholatnya dianggap masalah? Terus kamu ridho jika sholat jadi tersangka? Yang benar ya tidak seperti itu (menjadikan sholat problem). Unta dicari dulu hingga ketemu setelah itu menunaikan sholat. Kalau tertinggal, bisa sholat munfarid. Yang penting sholat tidak jadi tersangka. Makanya Nabi menyuruh sholat cepat karena ada beberapa alasan. Misalnya ibu-ibu yang ditunggu bayinya dan urusan-urusan setiap individu setelah sholat. Namun, orang Khawarij tidak demikian. Menurut mereka sholat harus khusyu, jangan memngingat selain Tuhan. Lha, dia sendiri malah ingat orang yang tidak khusyu. Jadi kesimpulannya, agama itu tidak menyusahkan, namun ia sebenarnya memudahkan. Jangan sampai agama membuat repot. Sholat Qabloiyah dan Bakdiyah silakan, tapi jangan sampai kedua sunnah itu dijadikan wajib. Sekali (sunnah) mendekati wajib bisa bahaya bagi agama. Orang fasik yang ingin sholat malah tidak jadi karena menyangka semua ibadah itu wajib. Sehingga saat Nabi Muhammad SAW ditanya sahabat tentang kewajiban sholat fardlu, beliau menjawab dengan tegas. "Apakah Allah mewajibkan sholat sehari semalam hanya lima waktu?," tanya Sahabat. "Ya," jawab Nabi. "Tak ada yang wajib selain itu?" tanya sahabat lagi. "Tidak, kecuali kamu melakukan sholat sunnah," tegas Nabi.