Awalan

Tolak Keputusan PPB Lagi, Apakah Amerika Serikat Ingin Israel Hancurkan Palestina?

 


Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dikabarkan kembali menolak keputusan PBB dan timbul pertanyaan soal dukungan terhadap Israel untuk hancurkan Palestina. /Instagram/joebiden

PR BEKASI - Amerika Serikat kembali menolak pernyataan gabungan Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar kekerasan antara Israel dan Palestina dihentikan.

Dengan begitu, ini adalah yang ketiga kalinya dalam seminggu, Amerika Serikat menggunakan hak vetonya untuk menolak keputusan PBB dalam isu Israel-Palestina.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Selasa, 18 Mei 2021, akibat penolakan yang dilakukan Amerika Serikat tersebut, serangkaian sesi tertutup darurat digelar kembali oleh PBB pada hari ini.

Sebagai informasi, draf yang disusun oleh China, Tunisia, dan Norwegia tersebut, diserahkan pada Minggu, 16 Mei 2021 tengah malam, untuk disetujui 15 negara yang menjadi anggota DK PBB di tengah serangan jet-jet tempur Israel ke Jalur Gaza.

Draf yang disusun oleh China, Tunisia dan Norwegia itu diserahkan pada Minggu, 16 Mei 2021 tengah malam untuk disetujui 15 negara anggota DK PBB pada Senin, 17 Mei 2021 waktu setempat, saat jet-jet tempur Israel terus menggempur Jalur Gaza dan total korban tewas akibat pertempuran sepekan terakhir melebihi 200 orang.

Dituturkan salah satu diplomat PBB kepada AFP bahwa AS mengindikasikan 'saat ini tidak bisa mendukung pernyataan' oleh DK PBB.

Misi diplomatik Norwegia untuk PBB mengumumkan bahwa DK PBB akan menggelar pertemuan tertutup darurat hari ini untuk membahas konflik Israel-Palestina

"Situasi di lapangan terus memburuk. Warga sipil yang tidak bersalah terus terbunuh dan mengalami luka-luka. Kami ulangi: Hentikan serangan. Akhiri permusuhan sekarang," demikian pernyataan delegasi diplomatik Norwegia.

Halaman:

Sumber: Al Jazeera

DK PBB diketahui telah menggelar tiga pertemuan darurat sejak Israel melakukan agresi militer di Gaza seminggu yang lalu.

Naasnya, ketiga pertemuan itu berakhir tanpa keputusan yang jelas karena Amerika Serikat tidak setuju, padahal restu dari negara yang dipimpin Joe Biden itu penting agar PBB bisa segera bertindak.

Amerika Serikat sebagai sekutu dekat Israel saat ini pun dituduh sengaja menghalangi upaya PBB untuk menghentikan serangan militer Israel di Gaza.

Draf yang disusun oleh China, Tunisia dan Norwegia menyerukan agar Israel dan Palestina lakukan de-eskalasi situasi, penghentian kekerasan, dan penghormatan pada hukum kemanusiaan internasional, termasuk perlindungan warga sipil terutama anak-anak.

Ditegaskan juga dalam draf itu bahwa DK PBB menyuarakan keprihatinan yang besar terhadap krisis di Gaza dan kekhawatiran yang serius terkait rencana penggusuran keluarga-keluarga Palestina dari rumah-rumah mereka di Yerusalem Timur, juga menentang tindakan sepihak Israel yang berpotensi memperburuk situasi.

Draf itu juga menyatakan menyambut baik upaya internasional untuk meredakan ketegangan, tanpa menyebut Amerika Serikat, dan menegaskan dukungan untuk solusi dua negara yang dirundingkan dengan matang sehingga memungkinkan warga Israel dan Palestina hidup berdampingan dalam damai dengan perbatasan yang aman dan diakui.

Penolakan Amerika Serikat terhadap pernyataan gabungan DK PBB pun menuai rasa heran dari sekutu-sekutunya.

"Kami hanya meminta Amerika Serikat mendukung pernyataan Dewan Keamanan PBB," ucap salah satu diplomat PBB.

Pemerintahan Presiden Joe Biden, menurut sejumlah diplomat, bersikeras menyatakan Amerika Serikat bekerja di balik layar, termasuk melakukan kunjungan ke kawasan Timur Tengah oleh seorang utusan, dan menegaskan bahwa pernyataan DK PBB bisa menjadi bumerang terhadap upaya itu.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden angkat suara soal serangan roket Hamas dan sejumlah kelompok militan ke Israel. Biden mendukung keputusan Israel untuk membela diri atas serangan yang dilancarkan ke wilayah sengketa itu.

Keprihatinan Biden soal kekerasan yang memanas di Israel dan Palestina disampaikan dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu, 15 Mei 2021.

Biden menyatakan 'dukungan kuat' pada Israel untuk mempertahankan diri dari serangkaian serangan roket Hamas dan kelompok teroris lainnya sambil menekankan keprihatinan atas jatuhnya korban dari dua belah pihak.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel