Ijazah Doa Segala Hajat dari KH Munawir Krapyak Yogyakarta
Kiai Muhammad Munawir (w. 1942) merupakan seorang maha guru Al-Qur’an yang sangat masyhur dari Krapyak Yogyakarta. Ia belajar kepada beberapa ulama Nusantara seperti Kiai Maksum (Bangkalan), Kiai Kholil (Bangkalan), Kiai Soleh Darat (Semarang), dan Kiai Abdurrahman (Watucongol Magelang).
Kiai Munawir juga belajar di Makkah selama 16 tahun untuk mengkhususkan belajar Al-Qur’an dan ilmu-ilmu pendukungnya seperti tafsir dan qiraat sab’ah. Beberapa guru Kiai Munawir di Tanah Suci adalah Syekh Abdullah Sangoro, Syekh Sarbani, Syekh Mukri, Syekh Ibrahim Huzaini, Syekh Manshur, Syekh Abdul Asy-Syakur, Syekh Musthafa, dan Syekh Yusuf Hajar (gurunya dalam bidang qira’ah).
Metode pengajaran Al-Qur’an yang Kiai Munawir terapkan telah menjadi rujukan pada hampir semua pesantren Al-Qur’an di Jawa. Sebab itu ia dikenal sebagai maha guru pesantren Al-Qur’an.
Beberapa santri Kiai Munawir yang mendirikan pesantren-pesantren Al-Qur’an sepeninggalnya adalah Kiai Umar (Solo), Kiai Arwani (Kudus), Kiai Muntaha (Wonosobo), Kiai Murtadha (Buntet), dan Kiai Suhaimi (Sirampog Brebes).
Sebelum wafat, pada Jumat, 11 Jumadil Akhri 1360/6 Juli 1942, Kiai Munawir memberikan beberapa wirid yang ia ijazahkan kepada siapa saja, berupa “Doa segala hajat”, yaitu:
(1) Membaca Surat Al-Fatihah dan ketika sampai pada ayat kelima (Ø¥ِÙŠَّاكَ Ù†َعْبُدُ ÙˆَØ¥ِÙŠَّاكَ Ù†َسْتَعِينُ) kita ulang sebanyak 3/7/11/21/41 kali sesuai dengan hitungan yang kita kehendaki. Seraya kita menghayati makna/kandungan ayat ini dan fokus terhadap apa yang menjadi hajat kita.
(2) Mengkhatamkan Surat Yasin sebanyak 41 kali.
(3) Membaca Shalawat Nariyah/Tafrjiyyah sebanyak 4.444 kali.
Sumber:
A. Aziz Masyhuri, 99 Kiai Kharismatik Indonesia Riwayat, Perjuangan, Doa dan Hizib, Bogor: Keira Publishing