Ingin Punya Anak Sholeh? Baca Amalan Ini Saat Cuci Beras 11 Kali, Ijazah dari Habib Luthfi bin Yahya
- Habib Luthfi bin Yahya pada suatu kesempatan pernah memberikan ijazah amalan pada jamaahnya.
Adapun amalan yang diijazahkan Habib Luthfi bin Yahya tersebut merupakan salah satu cara mentirakati anak sholeh.
Amalan Habib Luthfi bin Yahya ini dibaca saat mencuci beras sebanyak 11 atau 21 kali, dengan niat tabarukan agar miliki anak sholeh.
Habib Luthfi bin Yahya pun menjelaskan, yang dimaksud amalan tersebut adalah membaca bismillah sebanyak 21 atau 11 kali saat mencuci beras.
"Setiap sang ibu mencuci beras yang akan dimakan anaknya, hendaknya beras itu dibacakan Bismillah 21 kali dan Shalawat 11 kali" ucapa Habib Luthfi bin Yahya sebagaimana dilihat mantrasukabumi.com dari unggahan video di kanal YouTube Ikhwan Syadziliyyah pada 31 Januari 2022:
Bismillah dan sholawat adalah 2 kalimat mulia yang banyak menyimpan rahasia dan pahala yang luar biasa.
Banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan membaca shalawat nabi. Anjuran untuk bershalawat dapat ditemukan dalam Al-Qur’an dan hadits. Anjuran membaca shalawat pertama sekali dapat ditemukan pada ayat:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya, "Sungguh Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk nabi. Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (Surat Al-Ahzab ayat 56).
Keutamaan membaca shalawat terdapat dalam berbagai riwayat hadits. Keterangan perihal ganjaran pahala yang berlipat untuk amal shalawat dapat ditemukan pada hadits riwayat Imam Muslim berikut ini:
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
Artinya, “Siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali,” (HR Muslim).
Adapun bismillah, kita sebagai seorang umat islam hendaknya memulai sesuatu dengan baca bismillah agar tambah berkah.
Karena dalam hadits Nabi dikatakan, setiap perkara yang dianggap baik oleh syara' jika tidak diawali dengan membaca bismillah, maka akan sedikit berkahnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـبِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘bismillahirrahmanir rahiim’, amalan tersebut terputus berkahnya.”
Puasai hari kelahiran anak
"Orang tua hendaknya mempuasai hari kelahiran anaknya walaupun hanya sebulan sekali"
Selain itu, beliau juga katakan ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua untuk mendapatkan anak yang sholeh, diantaranya:
1. Menjaga lisan
"Artinya orang tua selain menjaga lisan kepada anaknya, juga jangan sampai orang tua meng-ghibah, mencaci atau menghina orang lain, terlebih guru anaknya, walaupun guru itu dihadapan manusia terlihat orang biasa"
Menjaga lisan termasuk hal yang paling sulit dikendalikan.
Sebab, lisan paling banyak menimbulkan kerusakan dan permusuhan.
Oleh karena itu, umat Islam sebaiknya melakukan segala upaya untuk menjaga lisan.
Ucapan lisan akan berpengaruh pada seluruh anggota tubuh lain terhadap diberikannya taufik, bimbingan untuk ketaatan.
Pengertian tersebut diperjelas oleh riwayat dari ulama Malik bin Dinar.
Dia berkata “Apabila kau merasakan kerasnya hatimu dan kelemahan pada tubuhmu, serta rezekimu terhalang, ketahuilah bahwa itu karena kau telah mengucapkan perkataan yang tidak memberi manfaat padamu.”
Nah, begitu pun dalam mentirakati anak agar tumbuh menjadi anak yang sholeh, maka kita sebagai orang tua hendaknya lebih menjaga lisan kita.
2. Puasai hari kelahiran anak
"Orang tua hendaknya mempuasai hari kelahiran anaknya walaupun hanya sebulan sekali"
3. Kasih harta yang Halal
"Anak jangan sampai diberi harta yang masih 'remang-remang' kehalalannya, apalagi yang haram sangat dilarang"
Harta yang halal adalah rezeki yang akan diberkahi Allah subhanahu wata’ala dan bermanfaat dunia akhirat.
Dampak positif dari harta halal bisa dirasakan oleh setiap individu, keluarga, dan bahkan masyarakat.
Dalam mencari rezeki, kebanyakan kita mencarinya asalkan dapat, namun tidak peduli halal dan haramnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari sudah mengatakan,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” (HR. Bukhari no. 2083, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).***