Awalan

4 Legenda Karomah Abuya Dimyati Banten yang Jarang Orang Tahu

 


Abuya Dimyati Cidahu Pandeglang Banten adalah sosok ulama kharismatik sekaligus paku utama tanah Banten pada masanya.

Abuya Dimyati yang merupakan guru besar mayoritas ulama  Banten ini selain terkenal dengan ilmu agamanya yang tinggi, beliau juga dikenal memiliki karomah.

Tidak heran kalau Abuya Dimyati sangat terkenal, namanya dikenang dalam tulisan tinta emas dalam sejarah.Abuya Dimyati adalah sosok ulama yang sempurna dalam menjalani kehidupan agama, beliau tidak hanya peraktik dalam ilmu syariat namun juga syarat dengan kehidupan tasawuf.Tidak heran jika Abuya Dimyati dikarunia'i oleh Allah sebuah karomah sebagai tanda kewaliannya, sehingga memperoleh derajat yang sangat tinggi disisi Allah SWT.

Bahkan para ulama mengatakan bahwa Abuya Dimyati adalah sosok wali kutub atau pemimpin para wali pada masanya.

Berikut beberapa legenda karomah waliyullah Abuya Dimyati Cidahu Pandeglang Banten sebagaimana dilansir Kabar Banten dari Channel Youtube Jejak Para Wali1. Menghentikan dan menundukan waktu

Dikisahkan oleh seorang kiyai muda mengunjungi pesantren Abuya Dimyati di Cidahu Pandeglang Banten pada tahun 2000Pada saat itu sang kiyai berkesempatan ikut salat berjama'ah subuh bersama Abuya Dimyati.

Sebelum takbirotul ikhrom tanpa disengaja matanya melirik ke arah jam dinding, waktu masih dingatnya saat itu pukul 05:00.

Ia pun lantas memulai salatnya dan menyusul takbir Abuya Dimyati, salat subuh berjamaah pun berlangsung.

Suara merdu yang dilantunkan Abuya Dimyati membuat para jama'ah srmakin khusu dalam salatnya.Jika biasanya dalan salat subuh setelah patihah Abuya Dimyati membaca surat At-takasur di raka'at pertama dan surat An-naser di raka'at kedua namun kali ini Abuya Dimyati membaca surat yasin pada raka'at pertama dan surat Al-muluk pada raka'at kedua.

Tentu akan memakan waktu yang cukup lama terlebih Abuya Dimyati membacanya dengan tartil.

Jika diperkirakan salat subuh akan selesai dengan memakan waktu 30 sampai 40 menit, mengingat surat yang dibaca Abuya Dimyati adalah surat yang terbilang cukup panjang.

Belum lagi ditambah doa qunut serta baca'an dan gerakan yang lain, namun kekhusuan salat bersama Abuya Dimyati membuat para jama'ah terlupa dengan hal iniSingkat cerita salat subuh pun selesai lalu sang kiyai muda tadi kembali menoleh ke arah jam dinding.

Ia pun terkejut dan kagum ternyata saat itu masih pukul 05 lewat 4 menit, luar biasa salat subuh yang seharusnya memakan waktu 30 sampai 40 menit namun selesai hanya dengan 4 menit. Itulah seorang waliyullah untuk seorang arifbillah, tak akan ada yang mustahil atas kehendak Allah SWT.Bukan beliau yang tunduk kepada waktu namun waktu yang tunduk kepadanya.2. Menembus ruang dan waktu

Dihikayatkan sorang ulana atau kiyai dari jawa pergi ke makam Syeh Andul Qodir Al-Jaelani,  ulama atau kiyai tersebut merasa sangat bangga karena kehendak Allah yang menuntunnya sehingga berkesempatan berziarah ke makam Syeh Abdul Qodir Al-Jaelani.Sebab jarang kiyai dari Indonesia yang berkesempatan berkunjung kemakam rajanya para wali.

Setibanya dimakam Syeh Abdul Qodir Al-Jaelani ada seorang penjaga makam yang bertanya padanya dari kamu sang kiyai menjawab saya dari indonesia, mendengar jawaban itu sang penjaga makam pun berkata oh dari Indonesia, setiap malam jum'at ada ulama dari Indonesia yang rutin jiarah kesini, setiap orang itu datang semua penjiarah lain diam untuk memghormatinya.Ketika orang itu mulai membaca Al-qur'an baru pdnjiarah lain melanjutkan bacaan mereka masing-masing, mendengar hal itu sang kiyai kaget dan berniat untuk menunggu sampai malam jum'at karena pdnasaran siapa sebenarnya ulama indonesia yang dimaksud penjaga makam itu.

Ternyata pada hari yang ditunggu-tunggu ulama indonesia itu adalah Abuya Dimyati Banten, sambil terkagung sang kiyai terus menyebut nama Allah tampa henti sebab sepengetahuannya selama ini setiap malam jum'at Abuya Dimyati selalu menjalani rutinitas bersama para santri dipondok pesantren luar biasa, itulah karomah seorang waliyullah  ruh dan jasadnya bisa berada diberbagai tempat dalam waktu yang sama.3. Peristiwa aneh menimpa rezim orde baruMenjelang pemilu 1977 Abuya Dimyati menyampaikan kepada masyarakat bahwa golkar bukanlah pemerintah, golkar sama halnya dengan partai lain yang sama-sama peserta pemilu 1977, hal ini beliau tuturkan untuk menjernihkan suasana.

Bahwa masyarakat berhak menentukan pilihannya masing-masing sebab masyarakat kala itu berpikiran bahwa golkar adalah pemerintah, semuanya bermula dari kedilemaan masyarakat dalam menentukan pilihan.Masyarakat yang telah memandang kearifan dan keulamaan Abuya Dimyati memang selalu mengadu dan bertanya kepada beliau disaat merasa bimbang terhadap suatu situasi dengan jawaban Abuya Dimyati berarti masyarakat bebas memilih dalam pemilu tanpa ada unsur keterpaksaan.

Namun jawaban dan pernyataan Abuya Dimyati dianggap sebagai bentuk menentang pemerintahan.di proses dan di tangkap di kediamannya pada 14 Maret 1977.

Abuya Muhtadi selalu putra sulungnya mengatakan bahwa ayahnya hanya ditangkap karena dianggap pemberontak dan dituduh PKI.

Kemudian pihak keluarga menerima kabar bahwa pengadilan Negri Pandeglang memponis Abuya Dimyati selama 6 bulan penjara, sidang itu berlangsung tanpa adanya saksi dan pengacara.

Setelah kabar itu menyebar para santri, masyarakat hingga Jawara Banten, berkumpul di jalan utama Kota Pandeglang, tak ada kendaraan satupun yang lewat jalan diblikir masa telah siap menyerbu penjara pandeglang dekat alun-alun kota untuk mdmbebaskan Abuya DimyatiPandeglang pun berubah mencekam.Kabar tentang upaya pembebasannya itu sampai ditelingga Abuya Dimuati lalu beliau menulis surat untuk disampaikan kepada Abuya Murtado salah satu putra Abuya Dimyati, beliau meminta agar Abuya Murtado meneruskan surat itu ke Jaro Kanit dan Ahmad   Waluh dua tokoh jawara besar di Banten kala itu.

Dalam surat yang dibuatnya Abuya Dimyati berpesan "saya dipenjara sudah tenang, jangan mengadakan tindakan apa pun" membaca surat itu kedua Jawara itu tersebut sempat kecewa.Namun mereka tetap menghormati keputusan Abuya Dimyati, perlahan Jawara dan ulama serta masyarakat membubarkan diri dan mengurungkan niat untuk membebaskan paksa Abuya DimyatiPandeglang berangsur tenang.

Empat bulan berlalu pihak keluarga terus berusaha untuk mengeluarkan Abuya Dimyati namun beliau selalu menolak siapapun yang ingin membebaskannya, " saya tidak mau menghianati   pemerintah, ini kan sudah keputusan hakim selama 6 bulan, kenapa baru 4 bulan sudah dikeluarkan" kata Abuya Dimyati.Hingga pada akhirnya KH. Tubagus Ma'ani Rusdi ulama yang berpengaruh di Banten mendatangi penjara untuk menemui kepala penjara dan menjenguk Abuya Dimyati.

Kepala penjara mengatakan syarat pembebasan Abuya Dimyati ialah dengan membayar uang tebusan, kemudia KH. Tubagus Ma'ani Rusdi minta berkenan Abuya Dimyati agar mau dibebaskan olehnyaNamun lagi-lagi Abuya Dimyati menolaknya ini penolakan kesekian kali kepada orang-orang yang ingin membebaskannya.

Disisi lain pihak keluarga terus mengharapkan pembebasan Abuya Dimyati, akhirnya KH. Tubagus mecari uang tebusan dan menyerahkannya langsung kepihak penjara, Abuya Dimyati pun dibebaskan, " ini nih yang menjenguk saya, pahal saya lagi enak-enak di dalam penjara" tutur Abuya Dimyati, setelah dirinya dibebaskan secara paksa.4. Memperoleh semua ijazah hijib dan kitabsejak usia remajanya memang sudah memancarkan jiwa keulamaanya sampai-sampai diusianya yang masih sangat muda beliau menjadi pusat perhatian ulama sepuh kala itu.

Dikisahkan saat Abuya Dimyati masih berumur 14 tahun beliau dipanggil langsung oleh Abuya Mukri Labuan Pandeglang Banten,  seorang ulama kharismatik Banten kala itu, setibanya Abuya Dimyayi beliau pun di izazahi berbagai hijib seluruh sanad-sanad hijib dalam diri Abuya Mukri secara mutlak di turunkan kepada Abuya Dimyati.Di usianya yang masih muda Abuya Dimyati sudah dipercayai untuk memegang dan menjadi penerus sanad bebagai hijib, hal ini menandakan Abuya Dimyati mudalah yang kelak akan menjadi penerus para ulama sepuh kala itu.

Ada satu kisah lagi yang lebih mengagumkan salah satu guru spiritual  Abuya Dimyati adalah Abuya Abdul Halim, beliau memperoleh berbagai ilmu dan pengalaman sekaligus di izazahi Toriqoh Qodiriah Naqsabandiah oleh Abuya Abdul Halim.

Setelah sekian waktu berguru kemudian Abuya Abdul Halim memerintahkan Abuya Dimyati untuk berguru pada Abuya Mama Bakri atau Mama Sempur.Abuya Abdul Halim mengutus santri kesayangannya ini dengan mengirim surat pada Mama Sempur "ini santri saya namanya Muhammad Dimyati tolong didik sebaik mungkin agar kelak ia menjadi ulama BantenKemudian Abuya Dimyati pun berangkat kepesantren Mama sempur dan mengaji disana, singkat cerita pada salah satu pengajian Mama sempur bersama para santri tiba-tiba Mama Sempur berkata pada para santrinya "sekarang semua santri keluar dari majlis ini kecuali santri yang bernama Muhammad Dimyati dari Banten, biarkan Abah berbicara 4 mata dan jangan ada yang mengintip".Setelah semua santri keluar dari majlis tinggalah tersisa seorang guru dan murid Mama Sempur dan Abuya Dimyati, seketika itulah Mama Sempur berkata kepada Abuya Dimyati "Azaztuka kula kutubin" saya izazahkan kepadamu wahai Dimyati seluruh kitab yang sudah saya kaji dari guru-guru saya, seluruhnya sekarang saya mandatkan kepada kamu".

Abuya Dimyati mendapatkan izazah sekaligus mandat dari Mama Sempur atau Mama Bakri yang merupak murid dari Syeh Nawawi Al-Bantani yang paling berpengaruh ditanah Jawa Barat kala itu.Itulah 4 karomah Abuya Dimyati Cidahu Pandeglang Banten wawllahu a'lam bisowab, semoga informasi ini bermanfaat.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel