Awalan

Gus Baha : Kita Tidak Boleh Menyumpahi Orang Lain, Memvonisnya Sebagai Orang Celaka

 


Gus Baha dalam sebuah kajian yang ditayangkan via YouTube oleh Dakwah digital, beliau memaparkan demikian;

Berdoa itu yang perlu sungguh-sungguh adalah ikhlasnya. Menurut kitab Hikam karangan Ibnu Athailah al-Sakandari murid dari Abu al-Abbas al-Mursi, disebutkan madzab Hikam itu kalau berdoa cukup sekali.

Saya pernah umrah 2009, kemudian haji 2013, terus saya umrah lagi baru kemarin bulan ruwah, itu saya berkali-kali i’tikaf di Multazam tapi gak pernah jadi berdoa, sampai sekarang. Sebab berdoa hanya sekali.

Ketika mau berdoa lagi, terus mbatin ; “Lho Allah masih ingat doa saya yang kemarin kok saya ingatkan lagi.

Sebab Hikam itu termasuk mengingatkan begitu; “kamu kalau berdoa itu, jangan mengulang doa yang pernah diucapkan. Sebab yang boleh diingatkan itu hanya orang yang mungkin lupa. Allah itu tidak bakal lupa, kok kamu ingatkan”Jadi ketika saya di multazam dan mau berdoa. “Lho doa saya yang kemarin, kan Allah masih ingat.” Akhirnya gak jadi berdoa.Terus ketika mau berdoa lagi, tapi ini gak dibuat-buat lho, asli..ini asli. “kan Allah masih ingat,” ya udah…gak jadi doa.

Sampai ketika saya di Raudah itu, akhirnya cuma baca sholawat, baca Qur’an, tiap mau berdoa cuma bilang “masih ingat kan Gusti Allah?”, gitu terus.Tapi jangan ikut-ikutan ya, tapi memang Hikam madzabnya begitu.

“Yang boleh kamu ingatkan ialah dzat yang mungkin bisa lupa”. Lha ini Allah, dzat yang tidak pernah lupa kok diingatkan terus.

Kemarin diingatkan, sekarang diingatkan. Lha misal kamu punya hutang, ditagih terus menerus kan kesel…masih ingat kok…masih ingat punya hutang.

Jadi Hikam itu madzabnya unik. Ya tapi karena dia wali, biarpun keliru ya tetap wali.Tapi kalau bukan wali, biarpun benar tetap bukan wali. Memang tidak berbakat. Tapi jangan dibuat-buat lho, syaratnya jangan dibuat-buat.

Kadang saya diingatkan, Gus kok tidak pernah lihat berdoa?.
”Kata siapa?, kemarin berdoa.””Kenapa gak berdoa lagi?.”

Masih ingat…jawab sayaKadang saya ya merasa berdosa, tapi gimana, kadang yang dirasakan di hati begitu. Akhirnya ya udah, kalau lagi pingin berdoa ya berdoa, kalau lagi gak ya gak.

Pas berdoa ngikut cara wali, pas gak berdoa juga ikut cara wali. Keduanya benar, Jadi ya pas berdoa bener, pas gak berdoa ya bener.Tapi memang itu sebagian madzab beliau. Jadi ini nanti saya bacakan Hikam. Dua kata mutiara dari Hikam lalu berdoa.

Pokoknya berdoa, bagaimanapun kita punya sanad. Madzab yang diakui termasuk tarekat yang mu’tabarah selain naqsyabandiyah Qadiriyah dan Sadziliyah.

Dan Sadziliyah itu ya Hikam itu, sebab pengarangnya murid dari Abu al-Abbas al-Mursi, murid dari Abu al-Hasan al -Sadzili. Sehingga orang tahu madzab Sadziliyah itu lewat kitab Hikam.

Sehingga kitab-kitab apa saja, generasi setelah beliau tidak bisa lepas dari kitab Hikam. Sampai dijuluki Hikam Athaiyah, sebab pengarangnya bernama Athaiyah.Sebenarnya beliau juga bukan orang alim yang perlu berpikir rumit, ya normal. Contoh gampang orang waras itu begini ; Saya ambil uang Mustofa tanpa ijin, itu boleh tidak? Tidak boleh.Beliau membuat makalah begini, saya masih hafal.

Allah itu mencegah kamu, melarang kamu mengklaim barang yang bukan milikmu. Padahal sma-sama miliknya makhluk.

Misalnya Mustofa punya mobil, saya aku milik saya boleh gak?. Tidak boleh kan?. Mustofa punya rumah, saya aku milik saya boelh ga? Gak boleh kan,

Kalau mengaku miliknya orang lain sesama makhluk saja tidak boleh, apalagi kamu mengaku-ngaku hak yang milik Allah.
Misal sifat menentukan nasib itu milik siapa?. Allah.
menentukan suul khatimah atau husnul khatimah itu hak siapa? Allah.

Jadi sebetulnya perkataan beliau itu normal saja. Artinya ijtihad itu kan normal, gak harus orang yang pintar sekali. Tapi yang tahu itu pastilah orang waras.Setelah dijelaskan, bisa diterima akal.

Kayak tadi, berdoa kok terus menerus, memangnya dzat yang kamu minta itu pelupa?. Belum lupa kok diingatkan. Masuk akal kan!

Jadi Allah melarang kamu mengaku sesuatu yang menjadi milik orang lain. Apalahi mengaku-aku hak yang menjadi milik Allah. Sehingga kita tidak boleh menyumpahi orang lain, memvonisnya sebagai orang celaka.

Kita tidak beolh GR pasti benar, bisa jadi sekarang benar, tapi besok mungkin saja salah. Kamu juga tidak perlu merasa salah, bisa saja hari ini tidak saleh tapi besok jadi saleh. Ya, sudah semua itu hak Allah.Gusti ketika saya didiamkan akibat kesalahan-kesalahanku, maka saya digerakkan oleh sifat maha Pemurah-Mu. Itu perasaanya Hikam, misalnya kamu merasa banyak dosa terus tidak berani berdoa.

Merasa banyak salah sehingga tidak pantas jadi ahli surga.Itu kalau kata Hikam; Gusti Allah, jika saya ingat kesalahan saya, kayak tidak pantas masuk surga. Tapi jika melihat kemurahan-Mu, kok pantas saja.

nah perkataan yang seperti itu silahkan diikuti.

Jadi kalau ingat banyaknya dosa, memang tidak pantas masuk surga, tapi jika ingat luasnya rahmat-Mu, kayaknya pantas saja.

Ketika saya putus asa karena sifat-sifatku yang buruk, maka saya digerakkan lagi punya harapan, karena sangat melimpahnya nikmat-Mu atau Pemberian-Mu.Saat Umar masih kafir itu pernah atau tidak minta jadi muslim?, kan tidak.

Tapi ketika Allah menghendaki jadi muslim, maka jadilah Umar seorang muslim.

Jadi walau orang tanpa keinginanpun, kalau Allah menghendaki baik maka akan jadi baik.

Akhirnya kamu jangan gak percaya, aku akan jadi orang baik bagaimana, masih begini-begini saja. Ingat, orang yang tdaik pernah berniat baik saja bisa dibuat baik oleh Allah. Contohnya Sayidina Umar.

Wallahu a’lam***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel