Awalan

Gus Baha Ungkap Nasehat Mbah Moen untuk Tidak Ngaji Tafsir Jika Ingin Paham Tafsir: Terkadang Itu Membatasi

 


KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengungkap salah satu nasehat gurunya yakni Mbah Moen.

Menurut Gus Baha, Mbah Moen pernah memberikan nasehat kepadanya untuk tidak mempelajari tafsir jika ingin faham tafsir.

Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) itu menjelaskan alasan Mbah Moen tersebut sebab tafsir itu terkadang membatasi.   Hal tersebut disampaikan Gus Baha dalam sebuah ceramah yang dilihat mantrasukabumi.com dari unggahan kanal YouTube Santri Gayeng.

Seperti diketahui, Gus Baha merupakan salah satu murid kesayangan Mbah Maimoen Zubair atau Mbah Moen yang merupakan pendiri pondok pesantren Rembang.

Hak itu terlihat dalam berbagai kesempatan Gus Baha yang sering mendampingi Mbah Moen bahkan menjadi badal ulama kharismatik tersebut.

"Saya masih ingat saat dinasehati Mbah Moen. Beliau berkata: Ha, kamu kalau ingin alim tafsir, jangan sering mengaji tafsir," ujat Gus Baha menirukan pesan Mbah Moen.lantas memberikan contoh kalimat dalam Al-Quran yang berbunyi "ya ayyuhan nas" yang artinya wahai manusia.

"Imam Suyuthi khawatir, siapa itu yang dimaksud manusia, tentu zaman dulu manusia itu penduduk Makkah, lalu Imam Suyuthi menafsiri dengan penduduk Makkah," beber Gus Baha.

Namun lanjut Gus Baha hal tersebut bukan berarti khitab itu hanya ditunjukkan kepada penduduk Makkah saja, namun untuk siapapun.  "Jadi tafsir itu terkadang membatasi. Tapi membatasi dengan konteks saat itu," kata putra Kyai Nursalim Rembang itu.menegaskan pada hakikatnya makna seperti itu harus dibuang, sebab hakikat khitab Al-Quran itu untuk semua manusia sampai hari kiamat.juga memberikan contoh ayat Al-Quran dalam surat Al-Muzammil yang memerintahkan Nabi untuk bangun malam.

"Kamu disini maksudnya Nabi. Tapi sekarang Nabi sudah wafat, maka khitab kebaikan untuk Nabi itu untuk umatnya sampai hari kiamat," terang Gus Baha.

Gus Baha lantas menjelaskan alasan Allah mengkhitabi Nabi. Menurutnya sebab yang menerima wahyu dan kekasih Allah itu Nabi.

"Masa Allah berfirman, wahay Rukhin, ya tidak kenal, karena dia bukan Nabi-Nya. Karena itu ada kaidah khitab Nabi untuk khitab umatnya," tutur Gus Baha.Begitupun kata Gus Baha dalam perintah sholat Tahajjud yang diperintahkan adalah yang mendapat wahyu yakni Nabi.

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

Wa minal-laili fa taḥajjad bihī nāfilatal laka 'asā ay yab'aṡaka rabbuka maqāmam maḥmụdā

Artinya: Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji."Tapi perintah sholat tahajjud dan witir itu sampai hari kiamat dan untuk semua umatnya," terang Gus Baha.Karena itulah tegas Gus Baha, jangan sampai berpikiran jika perintah Allah dalam Al-quran hanya untuk Nabi atau penduduk tertentu, kecuali jika memang ada kekhususan.

"Selama tidak ada, maka hal itu berlaku untuk semuanya," pungkas Rais Syuriah PBNU tersebut.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel