Ustadz Abdul Somad Terangkan Konsep Rezeki yang Sebenarnya: Agar Kita Makin Bersyukur
Banyak orang berfikiran, bahwa rezeki semata-mata hanya soal uang.
Ada uang ada rezeki, tidak ada uang tidak ada rezeki.
Da'i kondang Ustadz Abdul Somad (UAS) menegaskan, bukanlah seperti itu cara seorang muslim tentang rezeki.
Menurut uas cara pandang seperti itu adalah keliru.
Jika semua orang memiliki cara pandang seperti itu, maka nanti dia akan menganggap bahwa Allah Ta'ala tidak adil.
UAS menerangkan, muslim yang taat agama tetapi tidak punya uang, bukan berarti ia tidak dapat rezeki.
Sebaliknya, orang yang tidak taat dalam beragama, tetapi memiliki banyak uang, bukan berarti ia memiliki banyak rezeki.
"Ada orang bilang, kenapa saya yang sholat saya yang puasa sunnah, saya dzikir saya yang rajin pengajian tidak ada rezeki?," ujar UAS dalam ceramahnya seperti dikutip Tribunbanten dari Youtube Taman Surga. Net, Rabu (1/12/2021).
"Kenapa orang yang minum khomer (minuman keras/alkohol) yang mabuk, yang zina yang sakau banyak rezekinya?."
"Karena menurut definisi dia, uang adalah rezeki. Maka Islam datang, semua yang bermanfaat untuk akhirat kita, itulah rezeki," kata UAS.
Ia menerangkan, uang tidak selamanya rezeki. Ada yang punya uang, tetapi dia sakau dengan uang itu, berarti bukan rezeki.
"Itu Istidroj, azab yang tertunda," ucap ustadz asal Pekanbaru Riau itu.
UAS menuturkan, ada orang dengan tidak punya uang itu justru dia menjadi sholeh, rajin ke masjid. Itulah rezeki yang sebenarnya.
"Jadi kalau kita membayangkan rezeki itu hanya emas, maka semua orang yang tidak dapat emas berarti tidak dapat rezeki."
"Padahal sesungguhnya anak ada rezeki," katanya.
Kenapa anak itu rezeki? Karena anak mendapatkan manfaat amal jariyah yang tidak akan pernah putus, yaitu waladun sholihun.
"Allah mengutus nabinya yang mulia Muhammad Sholallahu'alaihiwasalam, supaya kita jangan sampai salah faham (soal konsep rezeki-red)," ujarnya.
"Kalau sudah faham akhirnya salah ngomong, salah berfikir, salah berbicara, salah berbuat, yang paling mengerikan adalah salah sangka kepada Allah Ta'ala," ucapnya.
UAS mengungkapkan, banyak orang sudah hijrah, tapi pemahamannya tidak betul. Akhirnya dia su'uzon atau berburuk sangka kepada Allah.
"Saya sudah hijrah, hijrah dari riba ke syariah, hirjah dari maksiat ke taat, hijrah dari luar masjid ke dalam masjid, mengapa Allah tidak memperbaiki rezeki saya?."
"Itu pertanyaan-pertanyaan jamaah saya melalui komen-komen di Medsos, melalui pertanyaan di kertas," kata UAS.
"Kenapa Allah tidak merubah rezeki saya? Allah sesungguhnya sudah merubah rezeki mu, tetapi cara pandangmu tentang rezeki yang belum berubah," lanjutnya.
"Kalau kita sudah bisa merubah cara pandang kita tentang konsep rezeki, maka segala yang kita terima itu adalah rezeki," tutup UAS.